Apa itu lebaran ketupat?
Banyak orang masih belum mengetahui apa sejarah dan asal usul hari raya ketupat yang menjadi tradisi orang Jawa di bumi nusantara.
Seperti diketahui, lebaran hari raya Idul Fitri identik dengan ketupat. Banyak orang menghidangkan ketupat sebagai makanan khas di hari lebaran pertama.
Namun, tradisi tersebut berbeda dengan masyarakat Jawa khususnya Desa Watuagung Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas.
Pada umumnya, orang Jawa mempunyai agenda hari raya ketupat seminggu sesudah perayaan Idul Fitri, seperti halnya di Desa Watuagung Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas pada hari ini Selasa Manis, 8 Syawal 1955 / Selasa, 10 Mei 2022.
Ketupat merupakan beras yang dimasak di dalam selongsong atau bungkus daun kelapa muda yang dibentuk menyerupai belah ketupat atau segi empat.
Kemudian, beras yang sudah dimasukkan ke dalam bungkus daun tersebut direbus dalam kurun waktu tertentu sehingga dapat dihidangkan dengan padatan nasi pulen sekaligus empuk.
Selama ini, ketupat menjadi simbol hari raya Idul Fitri di tanah air. Bahkan, symbol tersebut bukan hanya dalam hidangan semata namun juga menjadi bagian dari dekorasi, bingkisan maupun kartu ucapan
Dalam Filosofi Jawa
Kata “ketupat” atau “kupat” berasal dari kata bahasa Jawa “ngaku lepat” yang berarti “mengakui kesalahan”. Sehingga dengan simbol ketupat, sesama warga muslim diharapkan mengakui kesalahan dan saling memaafkan serta melupakan kesalahan.
Bungkus yang dibuat dari janur kuning melambangkan penolak bala bagi orang Jawa.
Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer” yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah swt.
Rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia.
Sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dan saling memaafkan dari kesalahan.
Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya
Selain itu, kupat juga dimaknai sebagai laku papat yang menunjukkan jumlah sisi pada ketupat sebanyak 4 bagian yang diberi nama Lebaran, Luberan, Laburan dan Ngapuran.
Makna dari sisi pertama lebaran adalah berasal dari kata dasar lebar yang artinya membuka pintu maaf selebar-lebarnya bagi sanak keluarga maupun orang lain seperti tetangga.
Arti dari sisi kedua luberan berasal dari kata dasar luber yang artinya, melimpah dan memberi sedekah bagi orang yang memerlukan.
Arti dari sisi ketiga leburan berasal dari kata lebur yang artinya melebur segala dosa maupun kesalahan yang sudah diperbuat sebelumnya.
Sisi keempat yakni Ngapuran berasal dari kata kapur yang artinya mensucikan diri sehingga hati dan jiwa kembali menjadi bersih dan terlahir kembali.
Sejarah dan Asal Usul Hari Raya Lebaran Ketupat
Pada zaman Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran, masyarakat Jawa seringkali mengadakan agenda persembahan dalam pemujaan dewi kesuburan, khususnya pertanian yakni, Dewi Sri.
Pada saat itu, sistem kepercayaan masyarakat Jawa yakni, kejawen. Namun pada masa pemerintahan Kerajaan Demak, Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
Hal tersebut dikarenakan masyarakat Jawa masih sulit melepas kepercayaan Kejawen. Sunan Kalijaga kemudian melakukan akulturasi budaya antara islam dan kebudayaan setempat. Salah satunya, ketupat.
Ketupat menjadi lambang atau symbol perayaan hari raya Idul Fitri bagi umat islam hingga saat ini di Indonesia.
Itulah sejarah hari raya lebaran ketupat dan filosofi ketupat dalam bahasa Jawa yang saat ini menjadi bagian dari tradisi perayaan Idul Fitri di bumi Nusantara khususnya Pulau Jawa, dan juga di Desa Watuagung Tercinta.